Hidrosefalus dalam Rahim Ibuku
Jika seorang bayi pada umumnya memiliki
postur tubuh yang mungil dan menggemaskan saat lahir, lain halnya dengan
adikku. Jika dilihat sepintas, memang tubuhnya mungil, kulitnya
kemerah-merahan, dan kukunya putih bersih pula.
Aku tahu telah terjadi ‘sesuatu’ padanya.
Aku mencoba bertanya pada ibuku. Ah, yang benar saja! Ibuku sedang
berduka, karena hal ini. Aku datang bukan untuk menguatkan, justru
bertanya macam-macam. Akhirnya kucari dokter yang menangani proses
kelahiran adikku. Benar saja, beliau pun menjelaskan ‘sesuatu’ yang
terjadi pada adikku. Tidak hanya sampai di situ, ku juga mencari lebih
banyak tentang itu dari berbagai referensi. Kini, aku mulai mengerti.
Adikku kepalanya sedikit terlihat besar.
Bukan, memang kepalanya lebih besar dari anak normal lainnya. Sangat
tidak wajar, padahal ukuran lingkar kepala normal hanya sekitar 30
sampai 37 cm. Sedangkan volume normal otak bayi baru lahir adalah 350
gram. Bila diameter kepala bayi lebih besar dari 37 cm, volume otaknya
akan mengecil.
Pada keadaan normal, dalam rongga otak
terdapat cairan yang jumlahnya lebih-kurang 150 ml. Cairan ini
diproduksi oleh suatu bagian otak, yang keseimbangannya diatur melalui
sistem sirkulasi tersendiri dan diserap bagian lain di otak karena suatu
sebab. Cairan tersebut dapat menumpuk (ventrikel otak), sehingga
mengakibatkan otak yang terdesak menjadi tipis dan tengkorak membesar.
Akibat Berkebun Pada usia kandungan menginjak bulan
ketujuh, ibu mulai mengeluh sesak nafas bila bergerak. Lantas, ayah
memeriksakan kandungannya ke dokter spesialis, dr. H. Agus Sunarto, SpOG. Pada awalnya dilakukan USG, sama seperti pemeriksaan kandungan sebelumnya tiap bulan.
Namun kali ini dokter Agus merespon lain,
ia memeriksa lebih rinci lagi. Seperti pemeriksaan cairan ketuban dan
darah janin, antibodi pada darah tali pusar dan cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF) yang merupakan cairan otak dan akord tulang belakang yang berfungsi sebagai bantalan otak di dalam tengkorak, serta lingkar kepala bayi.
Hasilnya sungguh di luar dugaan. Diagnosa dokter mengatakan ibu menderita Toxoplasmosis, infeksi yang disebabkan Toxoplasma Gondii. Reproduksi seksual parasit ini hanya terjadi pada sel-sel yang melapisi usus kucing, sehingga telur parasit (ookist) ditemukan di dalam tinja hewan yang banyak dipelihara orang.
Manusia terinfeksi karena makan daging mentah yang terkontaminasi oleh bentuk pasif Toxoplasma (kista)
atau karena terpapar tanah yang mengandung telur parasit dari tinja
kucing. Ibu memang gemar berkebun. Di rumah, banyak tanaman hias yang
dirawat sendiri oleh ibuku. Namun aku tak menyangka, karena hobinya ibu
mengalami hal seperti ini.
Jika seorang wanita hamil terkena,
infeksinya bisa ditularkan kepada janin yang dikandung melalui plasenta.
Bahkan janin tanpa sengaja dapat menelan cairan ketuban yang tercemar
infeksi, sehingga parasitnya mampu mencapai otak. Akibatnya terjadi
penumpukan cairan di otak janin, yang menyebabkan hidrosefalus (hydrocephalus). Kemungkinan terburuk lainnya, akan terjadi keguguran, bayinya lahir tak selamat atau lahir tetapi dengan cacat bawaan.
Melahirkan Prematur Berasal dari kata hydro yang berarti air dan cephalus
yang berarti kepala, penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang cukup
sering terjadi pada bayi. Tetapi tak selamanya terjadi sejak dalam
kandungan –seperti yang dialami adikku– pada usia balita pun banyak yang
terkena hidrosefalus.
Ini harus ditangani sesegera mungkin karena membahayakan sang ibu. Dokter menyarankan untuk dilakukan sesar (caesar)
di usia kehamilan 7 bulan (prematur), namun ibu belum bisa memutuskan
apapun. Jangankan melakukan operasi sesar, untuk berkata-kata pun
rasanya tak kan sanggup. Ibu hanya menangis.
Jauh di dalam hati, ibu tidak ingin
melakukan operasi. Beliau tetap ingin memperjuangkan bayi dalam
kandungannya. “Saya tidak mau, Dok! Ini bayi saya, dan saya tahu yang
terbaik buat dia. Dia baik-baik saja!” Ibu begitu menginginkan anak
laki-laki dan dari hasil pemantauan melalui USG harapannya terkabul.
Itulah sebabnya ibu tidak ingin melakukan
operasi. Dokter terus berjuang memberikan pengertian. Berkali-kali
dokter menegaskan, “Nyawa Ibu terancam, karena virus ini! Jika tidak
melakukan operasi, bukan hanya bayi di dalam kandungan yang tak bisa
diselamatkan. Tetapi juga nyawa Ibu yang sangat berharga untuk suami dan
anak-anak lain, menjadi kecil kemungkinan untuk diselamatkan!” jelas
dr. Agus Sunarto, SpOG.
Ibu hanya diam. Menangis. Pilu yang ia
rasakan. Bimbang. Nasihat yang dikatakan dokter ada benarnya. Maka,
setelah menyita waktu yang cukup panjang, ibu memutuskan untuk
melahirkan secara prematur. Bukan sesar. Ibu ingin melahirkan normal,
tanpa operasi.
Lagi-lagi dokter dibuat jengkel oleh ibu. Namun kali ini, keputusannya tak dapat diganggu gugat. Sampai dokter Agus meminta dr. Prima Progestian, SpOG,
sebagai pengganti. Ibu pasti bisa melalui semua ini, beliau kuat! Benar
saja, ibu melahirkan dengan selamat. Namun bayi mungil itu tak lagi
bergerak, setelah tali pusar yang menyatukannya pada perut ibu dipotong.
Rasaku tidak karuan. Aku senang ibu selamat, tapi sedih melihat adikku
pergi. Aku iba melihat ibu yang terguncang karena hal ini.
Mungkin jika adikku bisa mengeluh, ia
akan segera mengutarakan semua yang dirasakan. Tapi saat ini, membuka
matanya pun ia tak sanggup. Aku yang melihatnya punk hanya bisa menatap
iba dan meneteskan air mata. Mengapa harus bayi mungil itu yang
mengalaminya?
Ia tak berdosa, namun sangat menderita.
Ia ingin hidup, tapi tak bisa. Apakah adil untuknya? Entahlah, aku hanya
bisa berdoa. Semoga takdir ini yang merupakan jalan terbaik untuk ibu
dan almarhum adikku. Tuhan jauh lebih tahu, apapun yang terbaik bagi
umatnya.
Gejala yang Terlihat Gejala utama Hidrosefalus adalah
pembesaran kepala, biasanya sebelum penderita berusia 2 tahun. Bila
gejala timbul saat bayi, tampak pertumbuhan lingkar kepala yang cepat
membesar. Sedangkan setelah usia 2 tahun pembesaran kepala tak jelas
lagi, karena sutura (sambungan tulang tengkorak) kepalanya
telah rapat. Yang tampak malah gejala saraf lainnya akibat tekanan di
dalam kepala meningkat, seperti muntah, sakit kepala dan perkembangan
yang terlambat.
Kemudian ubun-ubun menonjol dan tegang, pembuluh darah balik (vena) kepala nyata membesar, mata terlihat seperti matahari terbenam dan sering disertai juling (Strabismus Divergen),
perbandingan besar kepala yang tak sesuai (dahi sangat melebar, bentuk
kepala bagai segitiga terbalik) dan akhirnya tampak jelas kepala sangat
membesar. Andai kepala diketuk, terdengar seperti suara pot pecah. Pada
keadaan ini, biasanya anggota gerak –terutama tungkai bawah kaki–
menjadi kaku, kesulitan makan bertambah, serta anak menjadi lemah secara
progresif.
Hasil Diagnosa Bila ditemui gejala seperti di atas, anak
sebaiknya dibawa ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan jasmani
lengkap, termasuk pemeriksaan besar lingkar kepala serta tanda-tanda
indikasi hidrosefalus. Juga dicari adanya kelainan bawaan lain, yang
menyertai keadaan hidrosefalus.
Selanjutnya dilakukan rontgen
terhadap kepala dan organ lain, bila memang ditemukan adanya indikasi,
Misalnya USG kepala, bila ubun-ubun besarnya masih terbuka. Atau CT-scan
kepala, untuk menentukan secara pasti bentuk maupun besar kepala,
lokalisasi kelainan serta bila ada sumbatan. Juga kemungkinan
penyebabnya –seperti tumor– guna menentukan tindakan pengobatan lebih
lanjut.
Tindakan Pengobatan Tindakan yang sering dilakukan adalah pembedahan. Dokter membuat jalan pintas (Shunt),
agar cairan otak –yang banyak terkumpul dalam rongga kepala– dapat
mengalir melalui jalan pintas ke arah lain. Untuk itu, dipasang selang
dari otak menelusuri jaringan di bawah kulit dan disalurkan ke daerah peritoneum (perut), atau jantung maupun daerah lumbal.
Selang perlu diganti. Biasanya pada bayi
berumur setahun diberikan selang yang agak panjang, supaya lama
digantinya . Malah ada yang diganti sampai 5 tahun, tergantung panjang
selangnya. Namun adakalanya tindakan ini menimbulkan infeksi bakteri
atau erjadi penyumbatan lagi, hingga harus dilakukan tindakan bedah
ulang untuk memperbaiki.
Pada kasus-kasus borderline atau perkembangan hidrosefalusnya amat perlahan, bisa juga di lakukan pemberian obat semacam Azetazolamid (diamox). Tujuannya untuk mengurangi produksi cairan otak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar